Doa Yang Berantai

"Aku doakan dia celaka !", kata seorang teman bersungut sembari melihat kearah seseorang dikejauhan, disaat kami sedang buka puasa bersama disuatu Mal.

"Eitss, kenapa kau mesti menyumpahi ?
Ada apa ?", tanyaku heran.
Dijawabnya dengan nada kesal, "Orang yang licik, semoga dia dapat balasan".
"Hayooo doakan yang baik....doakan agar dia segera meraih kesadaran diri/hidayah-Nya", kataku menyarankan.
"Iiddiiihhh gak sudi", sahutnya cepat.
"Menurutmu begitu ?", tanyaku lagi.
"Aku sumpahin dia", katanya bertambah sengit.
"Oohh, artinya kau dan dia sama saja dong levelnya.... Padahal sejatinya orang yang tulus memaafkan nilainya lebih tinggi dari lawannya", aku menjelaskan.
Pandangan matanya menatapku tajam.

"Jika kau mendoakannya hingga dia mampu meraih kesadaran dirinya tentu lingkunganmu menjadi lebih damai, coba pikirkan itu" sambungku berupaya  meyakinkannya.
Sejenak dia terdiam....
"Iya juga ya ??!!", lirih dia bergumam.

"Ya iyalah pastinya....sebab jika dia semakin licik karena doamu, kau pun juga pasti terkena dampaknya, dia bisa berlaku lebih licik kepadamu. Maka doakanlah semua orang yang berada dilingkungan hidupmu agar pikirannya selalu  tenang, selalu positif thinking sehingga hatinya tentram damai, dengan begitu semua tindakannya selalu yang baik-baik saja"....aku menjelaskannya.
Wajahnya mulai melunak tampak seperti merenunginya.

*Kabulkanlah Ya Allah, tambahkan satu lagi manusia yang Engkau mampukan untuk kembali ke fitrahnya sebagai manusia sesungguhnya tanpa disetir hawa nafsunya.....Doaku dalam hati.

Bumi Pertiwi Indonesia, 12 jun17

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar