JABATAN dan KAYA
MakSi bersama beberapa kawan.
Sembari menunggu makanan disajikan, waitres meminjamkan beberapa koran.
Salah satu kawan langsung mengambil satu koran dan membacanya, tak lama tampak dia menghela nafas...Heehhss.
"Kenapa ? Ada berita apa ?", tanyaku.
"Ini, salah satu pejabat negara didaerah ketahuan selingkuh", katanya lalu membacakannya.
Kawan yang lain kepo dan berusaha merebut korannya....mana manaaa...kata mereka.
Sembari memberikan korannya, dia komen, "Kurang apa lagi sih, jabatan punya, uang punya, harta melimpah, keluarga punya, suami terhormat, segala punya, hidup mapan...ngapain lagi masih berbuat neko-neko ?".
"Ya itulah yang dimaksud belum punya kesadaran sehingga tak bersyukur", jawabku.
"Maksudnya belum sadar ?", tanya yang lain.
"Yang dimaksud belum punya kesadaran yaitu dirinya dikuasai egonya, hingga selalu menurutinya, lalu...-nih gwe- ...begitulah", kujelaskan.
"Sebab ego itu sangat canggih dan liar dalam rangka menggoda setiap manusia, dari skala halus sampai dengan kasar, bengis dan jahat", kataku lagi.
"Contohnya ?", tanya salah satu kawan.
"Karena merasa punya segalanya...jabatan, banyak uang, diri cantik, lalu 'nih gwe-nya menaik'...kemudian lupa daratan, lalu merasa dirinya mampu melakukan segala hal yang gwe mau ....padahal egonya tuh yang mendiktenya sehingga akal sehatnya menjadi terkalahkan. Lalu lupa suami, lupa anak, lupa segalanya", kujelaskan lagi.
"Ooo kronologisnya seperti itu ya...hhmmm", katanya.
"Yuupp...lalu menjadi lupa daratan kemudian terjerumus, akibatnya repot sendiri", kutambah penjelasanku.
"Wadduuhh ternyata kacau diujungnya jika tak punya kesadaran ya", komentarnya.
"Itulah yang dimaksud imannya tergoda...itu juga yang dimaksud punya kekayaan/ jabatan pun juga diuji bukan hanya karena miskin saja. Sebenarnya bukannya diuji tapi lebih tepatnya tergoda oleh egonya sendiri", jawabku.
*Ya Allah, semoga hamba-Mu yang lemah ini senantiasa melekat erat kepada-Mu agar selalu sadar diri.
Bumi Pertiwi Indonesia, 1Agt 2017
Sembari menunggu makanan disajikan, waitres meminjamkan beberapa koran.
Salah satu kawan langsung mengambil satu koran dan membacanya, tak lama tampak dia menghela nafas...Heehhss.
"Kenapa ? Ada berita apa ?", tanyaku.
"Ini, salah satu pejabat negara didaerah ketahuan selingkuh", katanya lalu membacakannya.
Kawan yang lain kepo dan berusaha merebut korannya....mana manaaa...kata mereka.
Sembari memberikan korannya, dia komen, "Kurang apa lagi sih, jabatan punya, uang punya, harta melimpah, keluarga punya, suami terhormat, segala punya, hidup mapan...ngapain lagi masih berbuat neko-neko ?".
"Ya itulah yang dimaksud belum punya kesadaran sehingga tak bersyukur", jawabku.
"Maksudnya belum sadar ?", tanya yang lain.
"Yang dimaksud belum punya kesadaran yaitu dirinya dikuasai egonya, hingga selalu menurutinya, lalu...-nih gwe- ...begitulah", kujelaskan.
"Sebab ego itu sangat canggih dan liar dalam rangka menggoda setiap manusia, dari skala halus sampai dengan kasar, bengis dan jahat", kataku lagi.
"Contohnya ?", tanya salah satu kawan.
"Karena merasa punya segalanya...jabatan, banyak uang, diri cantik, lalu 'nih gwe-nya menaik'...kemudian lupa daratan, lalu merasa dirinya mampu melakukan segala hal yang gwe mau ....padahal egonya tuh yang mendiktenya sehingga akal sehatnya menjadi terkalahkan. Lalu lupa suami, lupa anak, lupa segalanya", kujelaskan lagi.
"Ooo kronologisnya seperti itu ya...hhmmm", katanya.
"Yuupp...lalu menjadi lupa daratan kemudian terjerumus, akibatnya repot sendiri", kutambah penjelasanku.
"Wadduuhh ternyata kacau diujungnya jika tak punya kesadaran ya", komentarnya.
"Itulah yang dimaksud imannya tergoda...itu juga yang dimaksud punya kekayaan/ jabatan pun juga diuji bukan hanya karena miskin saja. Sebenarnya bukannya diuji tapi lebih tepatnya tergoda oleh egonya sendiri", jawabku.
*Ya Allah, semoga hamba-Mu yang lemah ini senantiasa melekat erat kepada-Mu agar selalu sadar diri.
Bumi Pertiwi Indonesia, 1Agt 2017
Komentar
Posting Komentar