Lebaran Idhul Fitri

"Kemarin jadi beli yang warna apa?", tanya A.
"Gak jadi ambil yang itu, aku beli yang lebih mahal yang bermerk", jawab B.
"Iya bener, jangan sampai kalah ama yang lain, masak pake yang gak bermerk", timpal si A lagi.
"Iyalah masak lebaran pake seadanya,
malu ahh", kembali si B menyahuti.

Aku hanya tersenyum mendengarnya.
"Kenapa kau senyum-senyum?", tanya A.
"Iyaaa, gak apa apa, gak boleh senyum-senyum sendiri ya", jawabku.
"Pasti ada yang akan kau omongin ya, hayooo terus terang ajaaa...", B mendesakku.

"Heheee...mau lebaran kalian tampak bersemangat sibuk mengurus penampilan agar sempurna yaaa", kataku santai.
"Ya iyalaaah, kumpul keluarga besar jangan sampai terlihat memalukan", jawab salah satunya.
"Itukah makna lebaran idhul fitri ?", tanyaku  kepada mereka.
"Ya kita bertemu untuk bermaaf-maafan dan bersilaturahmi lah. Menurutmu ?", jawab B kepadaku sembari melirik kepada A.
"Kalau bertemu keluarga besar hanya untuk pamer, lalu apa makna puasa kemarinnya ?", jawabku.
"Kita sebulan berpuasa tentu agar menjadikan diri mampu menjinakkan hawa nafsu dan menundukkan kehendakan diri, yaaa termasuk ingin pamer dan tak mau kalah penampilan tsb", lanjutku lebih panjang.
"Hhmmm....begitu ya", kata A lirih sambil tersenyum ditahan.
"Dengan begitu selesai puasa ramadhan maka liarnya pikiran negatif yang berasal dari hawa nafsu menjadi lēbar/selesai/lenyap ... yang tersisa hanya pikiran positifnya saja apalagi plus saling bersalaman bermaafan. Semestinya diri kembali ke fitrah, menjadi seperti bayi....suci di Idhul Fitri. Itu yang harus dirawat dan dipertahankan sampai selanjutnya", aku menjelaskan rada panjang.
"Ya iyaaa sihh...sebenarnya begitu. Kami juga gak banyak belanjanyaaa", sahut mereka melunak.
Aku beri senyum hangat kepada keduanya.

*Maafkan temanku, aku berdoa agar kalian dimampukan meluruhkan keliaran pikiranmu, karena aku sayangi kalian....
Kabulkanlah Ya Allah.


Bumi Pertiwi Indonesia, 20 Jun 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar