MENGACA dan BERHIAS


Kulihat sudah kesekian kalinya salah satu teman mengeluarkan cermin kecilnya kemudian mengaca sembari membenahi make up diwajahnya, tatanan rambutnya dll.
"Masih cantiikkk, make up belum lunturrr", teman lain rada sewot mengomentari.
"Hee he jadi maluuu, soriiii", kata ybs.
"Kenapa berkali-kali mengaca ?", tanyaku.
"Ooohh aku sekedar memastikan tampilanku saja", jawabnya.

"Dihadapan-Nya, apakah diri juga berkali-kali
dicheck dicermin ?", tanyaku sembari senyum.
"Iya juga yaa.... jadi malu neeeh", katanya.
"Maaf, bukan bermaksud meledek ya...tiba-tiba saja terbersit. Berapa kali dalam sehari kita bercermin tetapi selalu hanya melihat sebatas tampak luarnya saja, sedangkan didalam diri ini tak selalu diingat untuk dibenahi, ya nggak ?", kataku lagi.
"Ya yaa...betul juga", kata yang lain.
"Seperti penjelasan di kitab -tutuplah kepalamu hingga dadamu-....yang arti al hikmah-Nya tutup pikiranmu agar tak tergoda oleh egomu (pikiran, ego bersumber dari otak didalam kepala) hingga hatimu (yang berada didadamu) menjadi senantiasa tenang dan bahagia", kataku.

"Iya juga ya, dalam beribadah kita sering lupa membenahi pikiran dan hati....hanya selalu berkutat pada kegiatan jasmaninya saja dan malah lupa tak memprioritaskan ruhani kita", kata teman yang satu lagi.
"Syukurlah jika paham, sebab dengan menundukkan ego maka ruhani kita menjadi semakin cerdas dalam memandu langkah diri ini. Ingat lho, pikiran/logika itu kemampuannya terbatas, sedangkan kemampuan ruhani tak terbatas sebab tak terbatasi oleh ruang dan waktu, karena Allah yang pegang remote nya maka itulah bisa membuktikan kun faya kun-Nya....ibarat begitu", kujelaskan lagi.
"Uuhh itu perihal yang tidak mudah ya", katanya.
"Semua orang fitrahnya bisa asalkan mau berjuang, maka janganlah dulu puas hanya sebatas luarnya saja", kataku lagi.

*Terima kasih Ya Allah, Engkau selalu bimbing hamba-Mu yang bodoh ini.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar