MENGIDOLAKAN si 3T


"Sebodoo amat ahh, resiko tanggung sendiri", seorang teman menggerutu sembari menutup teleponnya.
"Ada apa sih, jangan buang energi hanya untuk menggerutu, sayangi energimu", kataku.
Lalu dia menjelaskan pembicaraannya.

"Oya ya memang sulit bagi orang yang mengidolakan
si 3Ta untuk pahami", komentarku.
"Siapa sih si 3Ta ?", tanyanya.
"Itu si Harta, Tahta, Wanita...itu simbolisasi keduniawian ...awalnya hanya mengagumi, kemudian ingin memiliki, begitu sudah memiliki inginkan lebih dan terus lebih, lalu timbullah sifat sombongnya, serakahnya, tamaknya, irinya, dst, selalu tak suka jika orang lain tampak lebih darinya", kujelaskan.

"Menjadi Kaya memangnya dilarang ?", tanyanya.
"Tidak dilarang asal mendapatkannya dengan cara yang baik dan hati-hati dalam menggunakannya", kujelaskan.
"Naah ? Apanya yang salah ?", tanyanya.
"Salah cara mendapatkannya dan menyikapinya, misal dengan menipu, mencuri, memeras, korupsi, mencurangi, manipulasi, membodohi, dll... dengan menjahati orang lain. Biasanya orang yang sangat memuja harta dan tahta tingkah lakunyapun akan berubah bahkan bisa terlena pada godaan -wanita lain-", kujelaskan lagi.
"Berubah bagaimana ?", tanya teman yang lain.

"Contoh kecil, disaat sudah bermobil pribadi gaya  berjalannya berbeda dengan saat dulu masih naik angkot ... ybs akan menempatkan dirinya lebih dari orang lain, apalagi jika berhadapan dengan orang berpenampilan tak lebih bagus darinya, langsung dianggapnya rendahan, dianggapnya lebih hina", kulanjutkan.
"Ya yaaa...ada tuh teman yang begitu... sombongnya muncul begitu berlimpah harta", kata yang lain.

"Sebenarnya bukan salah si harta tapi orang ybs tak siap diberi amanah harta berlimpah sehingga aku-nya meninggi, nih gwe orang kaya...lama-lama bisa dicengkram oleh si ego. Setelah keenakan memiliki kemudian takut kehilangan sehingga malah stress", kutambahkan.
"Ngeri juga ya jika tak waspada", katanya lagi.

"Memang tak mudah meraih kesadaran diri itu sebab didalamnya harus ada unsur ketulusan, jika tak tulus dalam menjalani hidupnya maka tak akan mampu bersyukur sehingga bisanya menggerutu dan kecewa hanya karena harta dan tahta, kemudian timbul iri  dengkinya. Padahal kalau kita tak tulus artinya tak percaya kepada skenario-Nya", kujelaskan lagi.

"Coba renungi, Kita ini siapa sih tanpa-Nya ? ....merasa ingin meraup semua didunia ini ? Padahal semakin kuat keinginan menguasainya justru akan semakin  menjerumuskannya dan akhirnya malah ngejumplang ...sulit terlepas dari kemelekatan duniawi", kataku lagi.
"Sulit ya ?", tanya yang lain.

"Tidak sulit jika mau jalani dan melatih diri ...maka jangan hanya sebatas pelajari teorinya saja tetapi tautkan hatimu hanya kepada-Nya", jawabku.

*Allah Sang Maha....ampuni hamba-Mu yang bodoh ini. Semoga Kau masih bersedia terima sujud-sujudku kepada-Mu.

Bumi Pertiwi Indonesia, 24 Sept 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar