POSTPOWER SYNDROM
"Kemarin pas mudik sempat bertemu teman main waktu kecil, sepertinya dia postpower syndrom....sudah pensiun tapi lagaknya masih seperti bos", temanku bercerita.
"Ikut prihatin...kasihan, pasti tidak nyaman
. Sikap semacam itu harus terus bermain sandiwara", kataku.
"Kenapa ya bisa seperti itu ?", tanya dia.
"Ya karena ybs masih melekat pada jabatan yang disandangnya", aku menjelaskan.
"Maksudnya ?", tanyanya lagi.
"Masih terus menggenggam erat jabatannya, ybs takut kehilangan jabatannya takut kehilangan kesenangannya, sehingga masih bertingkah seolah masih duduk dijabatan tsb...walau semu", kujelaskan lebih panjang.
"Seharusnya bagaimana ?", tanyanya lagi.
"Begitu pensiun ya harus kembali pada siapa dirinya, karena dalam kehidupan ini peran kita akan selalu berganti...dulu jadi anak, berapa tahun kemudian menjadi ortu, menjadi nenek/kakek, dst maka janganlah selalu melekat pada suatu peran agar hidupmu merdeka termasuk melekat pada harta benda. Peran yang abadi hanyalah satu yaitu peran sebagai makluk-Nya", kujelaskan lagi agak panjang.
"Aku mengerti...meski tidak mudah aku siap menjalaninya ", katanya senang.
"Postpower syndrom tdk hanya berlaku pada orang yang pensiun dari pekerjaannya saja tapi bisa berlaku pada semua peran dalam perjalanan kehidupannya", kutambahkan padanya.
*Ya Allah, terima kasih atas bimbingan-Mu...semoga semakin banyak hamba-Mu yang pahami bahwa semua miliknya hanyalah titipan-Mu agar mereka mampu pahami sejatinya apa itu bahagia.
Bumi Pertiwi Indonesia, 6 Jul 2017
Komentar
Posting Komentar