SABAR ITU TIDAK INSTAN

"Putrinya habis wisuda ya bu ? Selamat ya", ucapku kepada seorang teman.
"Iya bu, terima kasih doanya, malahan sudah langsung diterima kerja bu", jawabnya bungah.
"Waaahh senangnyaaa....ikut lega bu, semoga barokah", kataku lagi.
"Kalau sarjana baru pasti posisi kerjanya masih kroco ya",
tiba-tiba bu A ikut mengomentari.
Kulihat wajahnya langsung berubah mendengar komentar bu A.

"Ibu-ibu, orang bekerja perlu proses untuk naik ke posisi yang lebih atas karena perlu pengalaman, dengan begitu akan punya pengetahuan dan kejelian sehingga berguna untuk menyelesaikan pekerjaannya, jika tak punya pengetahuan maka bisa kacau dalam pengambilan keputusan", saya berusaha menetralkan suasana.

"Semuanya pasti melewati proses. Seperti diri kita bisa sampai di usia sekarang juga berproses dari bayi bukan ?...proses itu sarana mematangkan pribadinya, sarana belajar. Ada yang sudah melewati banyak proses tetapi masih juga belum dewasa lho, hanya dewasa secara usia tapi tidak dewasa cara pandangnya, sikap dan tingkah lakunya, karena tidak mau belajar dari proses hidupnya tsb, aku-nya yang terus ditonjolkan. Bisa jadi kita juga seperti itu", kutambahkan lagi.

"Tapi rugi, biaya kuliah mahal kerja hanya bergaji kecil", kata bu A lagi.
"Itulah gunanya sabar bu....sabar menimba ilmu dipekerjaannya hingga suatu saat bisa meningkat", kataku lagi.
"Anggap saja bergaji besar tapi sebagiannya untuk bayar kursus diperusahaan tempat kerjanya tsb, sehingga ybs tenang dan senang menjalaninya". Kutambah uraianku.
"Iya juga ya, seperti anaknya kakak saya yang sekarang sukses", kata bu A kembali.
"Hhhmmm...sabar itu memang tidak instan", aku tersenyum menanggapinya.

*Ya Allah, semoga hamba-Mu yang bodoh ini mampu sabar dalam melewati semua proses.


Bumi Pertiwi Indonesia, 18 Jul 2017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar