Sisi Pandang Yang Berbeda
Kemarin
jalan ke salah satu Mal bertemu teman, agak surprised sebab teman tersebut
dulunya selalu berwajah kusut, sendu, lunglai...kemarin tampak ceria, ringan,
bahagia tanpa beban.
Dari obrolan kami, rupanya dia sekarang belajar ikhlas
setiap menghadapi masalah, dan katanya hidupnya terasa lebih
indah.
Hal yang dirasa paling berat ketika
anak satu-satu nya dibawa ayahnya dan tinggal dengan kakek/nenek pihak ayahnya.
Ya, mereka sudah bercerai dengan
Tentu sang ibu dan keluarga besarnya
berusaha menjaga agar si Ayah tidak bisa menemui anaknya.
Suatu waktu si anak berhasil
digondol oleh sang ayah akibatnya si ibu serasa mau mati.
Teringat dulu waktu aku menengoknya di rumah sakit....
Teman : "Aku sakit, drop, tekanan
darah turun drastis, lemas, gak kuat berdiri, gak doyan makan, gak ingin hidup...bla
bla"
Saya : "Karena kamu sedang marah,
cobalah tenang sejenak"
Teman : "Bagaimana bisa tenang ?!
(nada nyolot), anakku adalah hartaku diatas segala harta, sekarang hilang dari
tanganku"
Aku: "Ok sabaaar, ayo kita kupas
masalahmu...coba disimak, karena anakmu kamu anggap "ter"...harta
"ter"... maka justru disaat "seolah" dia dicabut dari
kepemilikanmu maka terasa sangat sakit saat kehilangannya, begitu kan ? ...
padahal kamu tidak kehilangan, karena Allah hanya memindahkan tempat tinggalnya
saja, dulu ikut pihak ibunya, sekarang ikut pihak ayahnya....Allah menjalankan
keadilan-Nya, bisa jadi selama ini nenek kakeknya juga ingin memeluk cucunya
tsb dan doanya dikabulkan. Satu sisi ibunya dilatih ikhlas oleh-Nya. Gak ada
yang sulit kan ?...
Coba renungkan !! ...yang membuat rumit itu sebenarnya dari pikiran si manusianya, yang selalu bersudut pandang "punyaku"....
Padahal Allah selalu "hanya
meminjamkan", sehingga manusia tidak boleh "melekat" pada apa
yang dipinjamkan oleh-Nya".
Dan ternyata ybs merenungi masukan tsb dan berusaha mengubah sisi pandangnya.
"Bagaimana kabar anakmu ? sehat ?" tanyaku kemarin.
"Alhamdulillah dia sangat sehat,
sekarang kalau libur sekolah nginep dirumahku. Aku sudah legowo, sudah gak
sedih, biarin dia ikut ayahnya, toh oleh mereka diasuh dengan baik, aku malah
bisa tenang dalam bekerja dan tidak kawatir memikirkan dia sudah makan atau
belum. Toh tiaphari kami teleponan, hubungan dengan ex suami dan mertua juga
jadi baik...awalnya memang sangat sulit, berat dan terasa sakit, tapi aku
merenungi masukanmu hehehe...makasih yaaa". Sambil aku dipeluknya
erat...ufss bahagia rasanya melihat teman mampu ikhlas.
Indah.
(Nama pelaku tidak menjadi konsumsi publik).
Bumi Pertiwi Indonesia, 8Apr17
Komentar
Posting Komentar