Berbeda Titik Perjalanan

“Aaah males kalau ada orang itu, sukanya menjelekkan agama lain”, kata temanku pada suatu acara khusus.
“Huussh !! tak usah begitu, biarkan saja….kita bergaul ya bergaul saja, isi hati manusia biarlah urusan masing-masing  saja”, kataku menghiburnya.
“Aaahh kau belum tahu dia aja…”, jawabnya masih tak melunak.
“Setiap manusia menjalani agama itu tentu tujuannya satu, yaitu Allah Sang Maha Kuasa. Diibaratkan perjalanan Jakarta-Cikampek lewat  tol. Si A baru sampai didekat pintu
tol Halim, B lebih jauh lagi sampai di daerah  Pondok Gede, si C bahkan sudah ditol Karawang. Tentunya setiap pemandangan yang telah dilihat oleh masing-masing akan berbeda. Hijab akan tersingkap sesuai titik perjalanannya. Si A tentu tak akan mampu *merasakan* indahnya pemandangan yang telah dilihat oleh si C, karena dirinya belum sampai ditempat sama seperti si C … begitu perumpamaan perjalanan menuju-Nya. Diri kitapun tak tahu baru sampai dimana, maka tak usahlah menilai orang lain. Berjalanlah terus dan terus sampai dirimu merasakan bersama-Nya.”, kusarankan kepadanya.

“Tetapi kenapa ada yang ngotot seolah dia paling tahu sorga tempat-Nya ?”, kata yang lain.
“Ya biarkan saja. Ada juga yang baru membaca map nya lalu bersorak kegirangan saking senangnya, seperti seorang bocah yang diajak wisata,belum sampai  ditujuan sudah kegirangan lalu menelepon temannya mewartakannya, ibaratnya begitu”,  kujelaskan perumpamaannya.

“Ya ya aku paham… yang kubaca, Allah berfirman, amalkan !! Jalani sendiri”, katanya.
“Ya begitulah mengamalkan sendiri ajaran-Nya, luruhkan hawa nafsumu sampai kau merasakan Aku … kita hamba-Nya harus selalu bersujud sampai mampu menghilangkan sifat sombong, jadi artinya janganlah mengikuti hawa nafsumu”, kujelaskannya.
“Kau tahu kan jika mengikuti hawa nafsu/ego? Manusia menjadi sombong tetapi tak sadar dirinya sombong sebab selalu merasa paling benar. Tentu manusia yang sombong tak akan mampu menghargai sesama makluk-Nya. Karena untuk mampu menghargai apalagi mengasihi diperlukan kelembuatan hati. Jangan sampai diri terjebak pada kebenaran ala si ego”, kutambahkan lagi.
“Iiihh amit-amit ahh….”, katanya.
“Maka selalu bertobatlah agar egomu tak mendominasi dirimu. Hijab-hijabmu akan tersingkap sejalan dengan luruhnya ego-egomu, agar mata hatimu akan semakin terbuka”,kukatakan lagi.

*Ya Allah mohon bimbing kami, para makluk-Mu yang lemah namun sombong ini, agar mampu berjalan dengan selamat  sampai di maqom-Mu.

*Selamat kepada teman-temanku yang telah berjuang melawan dirinya sendiri  hingga bertahap mulai merasakan keindahan dalam hidupnya.


Indonesia, 281117

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar