Persepsi Cerdas
Di
era digital sekarang ini mau tak mau kita dituntut menjadi manusia cerdas,
sebab dengan sebuah benda kecil ditangan (smartphone) seseorang kemungkinan
besar bisa terpapar berbagai informasi yang menyesatkan, bisa membawa kita
bukan kearah kebaikan tetapi justru menjerumuskan sehingga secara tak sadar
telah menyimpan berbagai sampah didalam pikirannya, yang tentunya pasti
mengotori hatinya.
Sangat
banyak info hoax. Salah satu contohnya info tentang anjuran makanan tertentu untuk suatu penyakit, ternyata secara
kajian kesehatan tak benar, dan banyak aneka ragam bidang lainnya.
Apalagi artikle yang bermuatan politik, sangat beragam yang telah diolah sedemikian rupa
sehingga jauh dari fakta sesungguhnya hingga sangat menyesatkan bahkan sampai menimbulkan konflik dan perpecahan antar manusia.
Apalagi artikle yang bermuatan politik, sangat beragam yang telah diolah sedemikian rupa
sehingga jauh dari fakta sesungguhnya hingga sangat menyesatkan bahkan sampai menimbulkan konflik dan perpecahan antar manusia.
Maka itulah dituntut sebuah kecerdasan diri, tak hanya
kecerdasan IQ nya saja tetapi juga EQ dan SQ nya.
Sebab jika hanya cerdas IQ nya tetapi tak cerdas EQnya (rasa/nurani) akan sangat berbahaya.
IQ bisa menjurus pada ranah “aku”…ego/hawa nafsu yang meninggi yang akan diutamakannya.
Sedangkan kecerdasan EQ adalah skill menggunakan rasa/feeling, kedewasaan/kematangan/kebijaksanaan.
Apalagi jika ditambah SQ nya juga cerdas maka akan memunculkan kecerdasan yang berakal budi bijak.
Sebab jika hanya cerdas IQ nya tetapi tak cerdas EQnya (rasa/nurani) akan sangat berbahaya.
IQ bisa menjurus pada ranah “aku”…ego/hawa nafsu yang meninggi yang akan diutamakannya.
Sedangkan kecerdasan EQ adalah skill menggunakan rasa/feeling, kedewasaan/kematangan/kebijaksanaan.
Apalagi jika ditambah SQ nya juga cerdas maka akan memunculkan kecerdasan yang berakal budi bijak.
Maka akan menjadi manusia yang cerdas secara logika plus
mempunyai rasa welas asih dan rasa KeTuhanan yang tinggi.
(Sayangnya usia tua tak selalu menjamin mampu seperti itu)
(Sayangnya usia tua tak selalu menjamin mampu seperti itu)
Dengan begitu akan lebih mudah mencerna segala hal dengan
persepsi positif, sebab jika tak cerdas dalam menyikapi berita yang simpang
siur via medsos maupun media internet, sama saja kita menelan sampah kedalam
diri dan tentu saja sampah-sampah tersebut akan mengkontaminasi pikiran dan
hati menjadi selalu berpandangan negative. Mudah berpraduga buruk,penuh curiga,
kesal, dongkol, jengkel, marah bahkan bisa dendam dan bermusuhan. Hal tersebut
bisa mempengaruhi kesehatan jasmani. Yang pasti merugikan dirinya sendiri.
Marilah cerdas membawa diri agar tak mudah diperdaya oleh
oknum-oknum yang punya kepentingan untuk merusak dan merugikan. Tentu kita tak
mau larut kedalamnya bukan ??
*Ya Allah, bimbing kami dalam membawa diri sehingga kami tak
mudah diperbodoh oleh orang-orang yang punya niat buruk.
Bumi Pertiwi Indonesia, 4nop17
Komentar
Posting Komentar