Pinjaman
“Aku sedang habis-habisan, ketipu orang…”,
dia bicara pilu begitu aku sampai didepan pintu rumahnya.
Lalu dia menceritakan pengalamannya itu.
“Wajar jika kau sedih dan kecewa, sama-sama
menghabiskan waktu, jangan bersibuk dengan rasa sedih dan marahmu, please cepat
lupakan dan sibuklah dengan iktiar hingga kau bangkit lagi, agar tak rugi waktu
!!”, saranku.
“Tapi keenakan orang itu, dia enak-enakan
menikmati hartaku”, katanya kesal.
“Jangan salah !! ... enaknya dia hanya sementara,
yang pasti ada waktunya dia memanen hasil tanamannya, tak usah dipikirkan
tentangnya lagi. Lebih penting dirimu sendiri yang harus kau benahi”, saranku
lagi.
“Tapi aku sudah kehilangan harta sangat
banyak”, keluhnya lagi.
“Harta, keluarga, jabatan, ketenaran, dll
itu hanya titipan-Nya, kau dipinjami hanya sementara, sifatnya fana, akan
musnah dengan berbagai cara. Jika kau mampu melepaskan dirimu dari ikatan semua
itu maka kau akan merasa ringan walau kau harus kehilangan”, kujelaskan.
“Tetapi jika kau masih terikat oleh semua
itu, niscaya hatimu tak akan mampu ikhlas .... apalagi harus menyintai-Nya karena
kau masih melekat pada aneka rupa selain-Nya”, kutambahkan lagi kepadanya.
*Ya Allah Sang Maha…menyintai-Mu seharusnya
no 1. Ampuni kami.
Bumi Pertiwi Indonesia, 61217
Komentar
Posting Komentar