Jiwa


“Maaf tadi aku nggak merasakan apa-apa, nyanyianmu nggak nyampe ke saya…coba ulang di ref nya, nyanyi pake jiwa !! tekan ego-mu”, begitu saran Maya sebagai yuri kompetisi kepada salah satu peserta.
Para juri dalam kompetisi bernyanyi akan selalu menasehati para pesertanya agar bernyanyi dengan sepenuh jiwa. Para pelukis senior melukis dengan sepenuh jiwanya.  Para prajurit harus berjuang dengan sepenuh jiwa-raganya. Semua itu demi hasil yang maksimal
Itu beberapa contoh nasehat tentang pentingnya seseorang  melibatkan jiwanya dalam berupaya dan bekerja.


Jiwa manusialah yang menghubungkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa, berada diqalbu setiap manusia. Akan terbias berupa adanya kedalaman rasa. Timbul rasa pengasih dan penyayang, welas-asih, kasih-sayang terhadap sesama manusia dan makluk-Nya yang lain tanpa batas, tak lagi mengutamakan egonya.

Jiwa akan tertutup oleh kotornya berbagai hawa nafsu yang berasal dari pemikirannya akibat egonya yang meninggi, itulah yang disebut terhijab dari-Nya.
Ego lebih banyak menggoda pada nalar manusia hingga nalar/akalnya menjadi tak sehat lagi.
Maka orang yang egonya tinggi pasti rasa welas asih nya tidak akan muncul, yang tersisa hanya rasa dongkol, kesal, benci, iri,dengki, sirik, amarah bahkan sampai dendam kesumat. Pikirannya selalu negatif dalam menghadapi segala situasi. Selalu menyalahkan orang lain dan tak pernah mampu melihat kesalahannya sendiri.

Membersihkannya harus dengan perlawanan kepada diri sendiri, tidak mengikuti pikiran negatife yang muncul, lawan dengan cara mengganti dengan lawan kata yang positif. Diperlukan niat, perjuangan dan skill dalam melawan diri sendiri.
Itulah kenapa isi semua kitab suci sebagian besarnya membahas masalah aklaq. 
Juga dijelaskan agar dijalankan/diamalkan. Tak cukup hanya membaca dan mengetahui teorinya saja.
Jalankan !! yaitu mempositifkan aklaq agar sikap dan tingkah lakunya bermanfaat, tidak melakukan hal-hal yang justru bertentangan dengan sifat-Nya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Aklaq yang positif menjadi dasar untuk membersihkan dan menghidupkan kembali  jiwanya.
Jiwa hanya akan hidup dengan ketenangan diri yang tinggi. Ketenangan diri yang tinggi tak akan bisa diraih jika masih memelihara pikiran yang negatif.

Jiwa manusia bisa mati ?
Ya, karena tertutup oleh kotoran ego. Yang dominan tersisa hanyalah pemikiran yang negatif, demi kepentingan dan keuntungan pribadinya, yang merugikan, mencederai, menjahati orang dan makluk lain bahkan alam lingkungan. Rasa pengasih dan penyayangnya mati.

Jiwa yang telah bangkit, hidup dan berkembang akan membiaskan energy murni yang bisa bergerak dan digerakkan tanpa batas, tiada dibatasi ruang dan waktu. Manusia yang sudah bersinergy dengan energy jiwanya akan mampu merasakan hal-hal luar biasa.
       Selain itu hal utama yang dirasakannya adalah rasa pengasih yang bertumbuh didalam
       hatinya, bahkan  mampu tak membenci lagi kepada orang yang pernah mendzoliminya
       atau menjahatinya, yang dirasakan hanyalah rasa iba dan kasih hingga mampu
       mendoakan untuk kebaikannya.
       Segala rasa kebencian dan pemikiran negatif lainnya akan meluruh seiring dengan
       pertumbuhan jiwanya.

       Tenang-Lembut-Diam-Mengalah-Mengasihi-Bahagia.

        Indonesia, 240118   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar