SIM
Menjelang lebaran ini,
lalu lalang kendaraan melintas padat, semua tampak terburu-buru hingga semrawut
dan simpang siur…tak ada yang mau mengalah sampai kemudian mampet diperempatan.
Penyakit yang tak pernah
usai…sungguh mengherankan.
Padahal jika mau sedikit
cermat, mengalah pada kendaraan lain hanya butuh waktu 10 detik saja dan jika
kita mau mengalah maka kitapun akan diberi akses oleh kendaraan yang lain lagi,
saling menular dan kemudian menjadi relatif lancar.
Jika telah bunded
diperempatan kemudian pak Polisi yang disalahkannya… mana nih Polisi lalinnya…malas nggak mau bertugas bla blaa….
Ciri khas seorang yang egois…lebih
suka menunjuk kesalahan pada pihak lain.
Selalu saja “aku-nya” yang didahulukan !!
Mobilku harus melaju
duluan, motorku harus didahulukan…
Yakin semua pengemudi mempunyai
SIM akan tetapi seakan hanya formalitas ? Segala peraturan bersantun-ria
dijalanan diabaikannya.
Hhmm…seperti juga dalam
beragama, ternyata sama …secara formalitas saja. Buktinya banyak yang masih suka
berbuat devide et impera, iri dengki, dendam kesumat, menebar kebencian,
menjelekkan orang lain, mengompori, memanas-manasi hanya untuk sebuah kesombongan
dan nafsu kekuasaan.
Padahal didalam ilmu agama
telah dijelaskan secara detil segala pelajaran aklaq agar mampu saling
menghargai, menghormati, bertoleransi….itulah rambu-rambunya.
Seperti juga punya SIM
tetapi tak juga menjalani ketertiban berlalu lintas, tak memperhatikan
rambu-rambunya pasti akan mengganggu pengendara lain atau bisa jadi menyebabkan
musibah kecelakaan.
Ajaran agama tak sekedar cukup
diketahui teorinya saja tetapi harus dijalaninya. Tak cukup menjalani ritual
ibadahnya saja tetapi harus melibatkan-Nya dalam sikap kesehariannya.
*Atau mungkin mengganggap
Allah sekedar ada ?
Indonesia, 100618
Komentar
Posting Komentar