Tersiksa
“Aku
sedang tersiksa nih, permasalahanku darurat !!”, kata seorang teman begitu kami
bertemu.
“Tersiksa
karena kau buat sendiri kaliiii”, jawabku usil.
“Ini
seriusss…kau malah becanda”, katanya meradang.
“Tuuhh
reaksimu sudah jelas membuktikan”, jawabku masih menggodanya.
“Ayolah
serius, dengarkan akuuuu….”, jawabnya merajuk dan kemudian dia menceritakan
beban pikirannya.
“Nah
itu kau sudah berdoa rutin, semestinya kau sudah tenang bukan”, kataku.
“Iya
sih, tapi jika doaku tidak dikabulkan bagaimanaaaa ?”, katanya gusar.
“Itulah
yang membuatmu tersiksa…”, jawabku.
“Memangnya
kenapa ?”, tanyanya kembali.
“Kau
tidak yakin kepada Allah ?”, tanyaku.
“Ya
yakinlah !!”, jawabnya tegas.
“Nah
kalau yakin atau percaya artinya kau sudah serahkan semuanya kepada Allah, jadi
apapun yang terjadi nanti semestinya kau menerimanya dengan senanghati bukan ?”,
jelasku.
“Tapi
nanti jika….”, temanku berkilah lagi.
“Naahh,
itu artinya kau masih belum percaya, belum yakin !!…kau maunya minta tolong
kepada-Nya tetapi kau ingin tetap mendikte-Nya”, jawabku.
“Ya
bukan bermaksud begitu, aku takut saja, jika tak sesuai dengan yang aku pikirkan
maka resikonya bakal repot”, jawabnya masih ngotot.
“Nah
itu artinya kau belum percaya akan Kuasa-Nya. Kau melupakan bahwa Kuasa-Nya tak
terbatas …sedangkan nalarmu itu sangat terbatas, terbukti menyelesaikan
masalah ini saja kau masih ketakutan tak bisa selesai. Coba renungkan, Allah
itu Maha”, kujelaskan lagi.
“Iya
juga ya…kalau yakin/percaya mestinya 100% apapun yang terjadi harus bisa menerima
dengan tenang ya ? harus nurut ya ?!”, jawabnya.
“Tuuhh
sudah paham !!...selamat berbahagia kawan”, kataku lega.
*Memang
mengucap lewat lisan itu sangatlah mudah, tetapi untuk meyakini sampai di kedalaman
hati perlu perjuangan menaklukkan diri.
Indonesia,
230718
Komentar
Posting Komentar