Rasa Diri


Ego selalu memunculkan keterpisahan dari Sang Maha Kuasa.
Ke-aku-an yang menyebabkan "rasa-ku tetapi bukan rasa-KU" maka kemudian dirinya tega melakukan hal-hal yang memburukkannya bahkan keburukan kepada orang lain. 
Tak peduli melakukan hal-hal licik/jahat yang merugikan dan merusak orang maupun makluk lain dan lingkungannya. Yang diutamakannya hanyalah memenuhi hasratnya yang menggebu, memuaskan kepentingannya. Merusak fisik dan pemikiran orang lain melalui penanaman dogma dan ideologinya.

Bagi yang sudah mampu menengarai dan menandai bekerjanya ego/hawa nafsu dirinya dan telah berhasil meluruhkannya maka akan mampu merasakan rasa-KU…yaitu rasa-diri yang mengadopsi berbagai sifat-Nya.
Mampu mencerna  rasa Pengasih-Nya, Penyayang-Nya didalam lubuk hatinya dan mengimplementasikannya dalam laku kesehariannya.
Rasa diri akan bertumbuh seiring dengan kesadaran dirinya, seiring dengan luruhnya sifat-sifat egonya.
Semakin dirinya mampu melepaskan ajakan nafsu-nafsunya maka semakin menebal rasa dirinya. Rasa diri yang melembut penuh kasih, mampu memaafkan sebab sudah memahami sifat-Nya yang Maha Pengampun, Maha Terpuji, Maha Welas Asih, Maha Agung. Berusaha berhati-hati didalam membawa tingkah-lakunya.

Rasa diri yang telah bertumbuh seiring rasa Pengasih-Nya akan mampu menyemai rasa kedamaian yang teramat sangat, rasa hatinya dipenuhi nikmat akan Cinta-Nya.
Dirinya sudah tidak memerlukan pujian ataupun sanjungan, tak memerlukan pengakuan dari orang lain akan religiusitasnya sebab kenikmatan dan rasa Cinta-Nya melebihi segalanya. Tak mengutamakan lagi akan atribut ataupun symbol-simbol agamanya.
Dan alam sangat welcome bersinergi dengan keberadaan dirinya.
Sangat Indaaahhhhhhh…

*Ayooo mulailah sebelum ajal terlanjur menjemputmu.

*Religiusitas =seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas nama agamanya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar