Akal+Nurani = AKAL SEHAT


Setiap manusia diberi Pikiran dan Nurani oleh Sang Pencipta.
Dari pikiran bisa muncul respek dan penghormatan tetapi dari pikiran pula awal munculnya ego dan hawa nafsu.
Dari pikiranlah penilaian berasal, sebab panca indera selalu terhubung dengan pikiran.
Seseorang dengan hawa nafsu dan ego yang kuat tak akan mampu menghargai orang lain apalagi harus mengasihi, rasa hatinya pasti beku sebab dia selalu bertumpu pada penilaian hanya sebatas dari panca inderanya saja.

Padahal panca indera bisa mengelabuhi dan menjerumuskan.
Apalagi jika wawasannya kurang luas sehingga bisa menyebabkan salah dalam menilai dan menyimpulkan apa yang ditangkapnya.

Terbelalak melihat perempuan berpenampilan modis, lembut, relijius, santun…ternyata seorang pelakor. Sebelum terungkap yang sebenarnya pasti akan tertarik dan mengagumi bagi yang melihatnya.
Menganggap sepele melihat seorang wanita tua yang sangat sederhana, cenderung kumel, pendiam, tak begitu wangi…ternyata hartanya melimpah dan aklaqnya sungguh terpuji, mampu menyantuni banyak fakir miskin.
Kagum melihat seorang pria berpenampilan agamis, parlente, tampak berwibawa…ternyata terlibat laku nista.
Mata berbinar melihat pria necis, rapi, berpendidikan, jabatan tinggi, tampak terhormat…ternyata terlibat tindak korupsi.
Dan masih banyak lagi contoh yang bisa dijadikan cermin betapa lemahnya diri manusia jika hanya bertumpu pada hasil tangkapan panca inderanya saja.

Padahal Tuhan Sang Pencipta telah menganugerahi nurani didalam diri setiap manusia tetapi sayangnya semakin usianya menua justru nuraninya semakin ditinggalkannya. Hanya berfokus mengasah pikirannya.
Bahkan ironisnya ada paham agama yang mengajarkan hanya sebatas yang tampak oleh panca indera saja, menganggap urusan bathin adalah sesat.
Hhhmmm ironis sekali.

Maka tak heran jika zaman semakin menua maka tingkah laku manusia juga semakin mudah marah, brutal dan tega membunuh, tak peduli lagi dengan alam, fauna dan floranya.

Akankah kita tidak tertarik menggali nurani sendiri ?
Disitulah sebenarnya sumber Rasa-NYA …rasa saling menghargai, rasa saling menghormati,   rasa saling menyayangi, rasa mengasihi, rasa bertoleransi, rasa peri-kemanusiaan,  rasa berkeadilan, rasa persatuan, rasa tenang, rasa damai, rasa bahagia.
Maka bagi manusia yang sudah tersambung dengan Rasa-NYA, mengasihi sesama tak selalu terpengaruh dari pikiran. Tak peduli karna SARA.

*Sebab untuk mampu memahami Sang Pencipta adalah diluar daya nalar manusia, hanya bisa dilakukan lewat keterbukaan hati nurani.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar