Gajah
Teringat
cerita masa kecil :
Ada
seekor gajah kakinya dirantai disuatu tempat. Sehari-hari gajah tersebut berada
ditempat itu, selama bertahun-tahun tak pernah berpindah atau dipindahkan oleh
pemiliknya.
Suatu
saat si pemilik tak sanggup lagi memeliharanya dan bermaksud melepas
liarkannya. Dilepaskannya rantai kakinya berharap gajah itu pergi dengan begitu
saja. Sehari dua sampai seminggu si pemilik masih datang membawakan makanan.
Lain
hari ditengoklah gajah itu, masih berada ditempat semula. Si pemilik berusaha
mengajari si gajah untuk beranjak, dihelanya menyingkir dari tempatnya sebelum
ditinggal pulang.
Dua
tiga-hari kemudian didatanginya lagi, begitu berulang dengan memperjarang jeda
kehadirannya, berharap si gajah mau belajar hidup mengelana.
Lama
kemudian si pemilik baru datang menengoknya, tampak si gajah masih tak beranjak
dari tempatnya, setelah didekati dan dilihat lebih seksama rupanya gajah itu
telah mati.
Dipastikan
didalam benak si gajah kakinya masih dirantai maka dia tak sanggup pergi.
Begitulah
ibarat seorang yang tak mau membuka pikirannya, menjadi taklik-buta pada
doktrin yang telah berlapis-lapis masuk kedalam pikirannya hingga doktrin
itulah dianggap sebagai suatu kebenaran.
Bayangkan
berapa banyak informasi yang telah masuk kedalam otak dan mengendap disepanjang
tahun usia.
Maka
pilah-pilahlah lalu lepaskan segala sampah pikiran agar tak membelenggu hingga
diri mampu menjadi realistis. Orang yang tak mampu realistis dirinya pasti
tersiksa terlebih pada saat realitanya tidak sama dengan apa yang dia inginkan.
Dan sampah pikiran itulah penyebab penyakit hati.
*Pikiran
akan membentuk pola dari apa yang dialami oleh panca indera, yang diserap
berulang akan membentuk sebuah opini dan keyakinan, yang baik ataupun yang
buruk. Itulah pentingnya mengolah kedalam diri.
Indonesia,
24042019

Komentar
Posting Komentar