Ibarat Berenang


Ber-agama itu ibarat berenang. Harus memahami teorinya dan lalu mampu mempraktekkannya, kudu berlatih berulang-ulang hingga melaju lancar dalam menjalaninya. Tak cukup hanya sekedar membaca teorinya dan pasti bisa.

Ahhh itu mah mudaah, tinggal masuk ke air, kedua kaki diangkat-tubuh akan mengapung, gerakkan kedua kaki dan seterusnya ikuti sesuai teori.
Begitu terjun ke air kenapa tak bisa mengapung ???
Dan… blebeeg-blebeggg terminum banyak air sampai tersedak-sedak !!
Lalu trauma tenggelam …

Sama halnya menjalani agama. Teorinya mudah dibaca lengkap dengan aneka pemaparannya, tetapi betulkah semudah itu ?
Tidakkah sulit untuk menyelami iklas dan sabar ?
Mudah dibaca tetapi begitu harus menjalani terasa setengah mati, bahkan ada yang mengeluh merasa tersiksa.
Ber-agama baru akan terbukti disaat dirinya mengalami suatu persoalan. Baru teruji jika tak lagi stress saat tenggelam dalam persoalan.

Begitulah dalam menjalani agama, harus menyelam kedalam relung hati sebab untuk mampu menjalani iklas, sabar, jujur, taqwa, yakin, iman, adil, berbagi, berserah, menghargai, memaafkan, menghormati, mengasihi… semua itu harus menggunakan RASA.
Tanpa belajar menyelam kedalam relung hati maka tak akan menemukan rasa-nurani untuk mengelola semua itu.
Sebab menjalani proses aneka kehidupan, ibarat masuk kedalam kolam yang dalam dan berusaha agar tidak tenggelam…

Contoh kecil dilingkup terdekat yaitu relasi antar pasutri. Jika masing-masing tak mau mengolah pikiran dan hatinya hingga mampu bertindak sabar dan iklas sudah pasti sering muncul pertengkaran, sebab ego masing-masing yang akan bicara kemenangan, lupa bahwa RT adalah sebuah team.
Hal inipun meliputi berelasi di lingkup pekerjaan ataupun bermasyarakat.

Dan realita nya setiap manusia pasti akan mengalami proses perubahan :
kapanpun-dimanapun-bersama siapapun …ibarat mengarungi arus sungai.
Jika tak siap perubahan disitulah awal mulainya suatu persoalan.

*Maka ber-agama harus sampai pada taraf tahu-mengerti-mengalami- menghayati-merasakan-memahami-menyadari-melakukan.

Marilah kita tingkatkan berlatih masuki relung hati agar tak tersesat !!
(Katanya masuk ke hati sesat ya, iya yaaa ??…mungkin dirinya belum pernah menyelami hati-nuraninya sendiri makanya ketakutan).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nge-gym

Diet

Ibarat saklar