Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Mabuk

Seseorang yang mabuk sudah pasti tak mampu berpikir jernih apalagi bertindak untuk kebaikan. Langkahnya tak mungkin bisa lurus, selalu grusa-grusu menabrak kesana-kemari. Tak mampu mengendalikan dirinya sendiri apalagi harus mengendalikan orang lain. Mabuk minuman, mabuk asmara, mabuk jabatan, mabuk kekayaan, mabuk ketenaran, mabuk agama….judulnya tetaplah mabuk.

Sejangkauan

"Pemahaman manusia itu hanya sejangkauan wawasannya saja". Begitu wawasannya bertambah maka berubah juga cara memaknai suatu peristiwa. Sudut pandangnya pasti akan ikut berubah. Dirinya mampu memaknai peristiwa yang sama menjadi punya arti yang sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya. Bahkan melihat peristiwa yang dulu dianggap suatu kepedihan ternyata juga bagian dari rangkaian keindahan. Mampu mentertawakan kekonyolan, kebodohan dan kelemahannya sendiri. Mampu memaknai peristiwa yang sulit/pedih menjadi punya arti membaikkan dirinya. Itulah kenapa didalam kitab-kitab agama, para manusia diharuskan belajar dan selalu belajar berbagai ilmu disepanjang hayatnya. Iqra' akan Ilmu-Nya yang tak terbatas. 

Rasa Diri

Ego selalu memunculkan keterpisahan dari Sang Maha Kuasa. Ke-aku-an yang menyebabkan "rasa-ku tetapi bukan rasa-KU" maka kemudian dirinya tega melakukan hal-hal yang memburukkannya bahkan keburukan kepada orang lain.  Tak peduli melakukan hal-hal licik/jahat yang merugikan dan merusak orang maupun makluk lain dan lingkungannya. Yang diutamakannya hanyalah memenuhi hasratnya yang menggebu, memuaskan kepentingannya. Merusak fisik dan pemikiran orang lain melalui penanaman dogma dan ideologinya.